Kamis, 29 September 2011

Masa Depan Batik Cerah

pasar klewerPresiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, masa depan batik akan cerah jika jumlah pemakainya banyak. Pengembangan batik harus menyentuh aspek ekonomi, budaya, lingkungan, bahkan diplomasi.

”Kalau kita yang ada di ruangan ini, rakyat Indonesia, sahabat-sahabat bangsa lain di dunia mencintai batik sekaligus suka memakai batik, masa depan batik akan cerah,” ujar Presiden Yudhoyono, Rabu (28/9/2011), di Jakarta, saat membuka World Batik Summit 2011.

World Batik Summit berlangsung 28 September hingga 2 Oktober 2011. Kegiatan ini meliputi malam seni budaya, pameran batik, dan konferensi. Ratusan peserta dari dalam dan luar negeri mengikuti kegiatan tersebut.

Dalam acara pembukaan, Presiden didampingi Ny Ani Yudhoyono. Para menteri yang datang, antara lain, Sekretaris Kabinet Dipo Alam dan Menteri Perindustrian MS Hidayat. Hadir pula istri Wakil Presiden Boediono, Herawati, dan sejumlah duta besar negara sahabat. Dalam kesempatan itu, Dipo menyerahkan bukunya mengenai batik kepada Presiden.

Presiden menuturkan, dirinya menyukai atau mencintai batik karena batik indah, khas, dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Soal batik yang memiliki nilai budaya tinggi, menurut dia, hal itu sudah mendapat pengakuan dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). Presiden menjelaskan, bangsa Indonesia patut bersyukur karena batik dinyatakan sebagai warisan budaya tak benda tingkat dunia.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam kunjungannya ke Redaksi Kompas mengatakan, saat ini, pemerintah menilai tingkat apresiasi masyarakat terhadap batik cukup tinggi. Meski begitu, apresiasi saja tidak cukup. Batik perlu ditingkatkan jadi tradisi yang hidup atau ikon bagi Indonesia.

Dengan nilai produksi mencapai Rp 3,9 triliun pada tahun 2010, ekspor batik pada tahun 2010 hanya sebesar 69 juta dollar AS. ”Tetapi, batik perlu dipandang bukan dari sisi nilai ekspor saja, tetapi sebagai ikon masyarakat Indonesia,” ujar Mari.

Menjadikan batik sebagai ikon Indonesia mensyaratkan adanya penguatan batik sebagai warisan budaya sekaligus penggalian potensi ekonominya sebagai industri. Terkait dengan pengembangan potensi ekonomi itu, dibutuhkan pembenahan dari sisi hulu hingga ke hilir.

Hasil survei persepsi konsumen terhadap 700 responden di Jabodetabek, Surabaya, dan Medan menunjukkan, sebanyak 82 persen responden mengapresiasi batik tulis serta 91 persen mengetahui bahan baku, alat, dan pembuatan batik. Sekitar 35 persen di antara mereka memahami peralatan, proses, dan jenis motif batik.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar